Hak-Hak para Pencari Keadilan
Berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 144/KMA/SK/VIII/2007 Tahun 2007 tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan menyatakan bahwa proses peradilan yang transparan merupakan salah satu syarat mewujudkan keterbukaan dan akuntabilitas penyelenggaraan peradilan.
A. Hak Memperoleh Bantuan Hukum
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, Pasal 1 (1) dinyatakan bahwa Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara Cuma-Cuma kepada Penerima Bantuan Hukum. Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri dalam menghadapi masalah hukum. Sedangkan dalam SEMA Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum dinyatakan bahwa yang berhak mendapatkan jasa dari Pos Bantuan Hukum adalah orang yang tidak mampu membayar jasa Advokat/Pengacara terutama perempuan dan anak-anak serta penyandang disabilitas, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bantuan hukum tersebut meliputi menjalankan kuasa, mendampingi, mewakili, membela dan/atau melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum Penerima Bantuan Hukum, yang bertujuan untuk :
- Menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk mendapatkan akses keadilan;
- Mewujudkan hak konstitusional segala Warga Negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan dalam hukum;
- Menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Negara Indonesia;
- Mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.
B. Hak Atas Biaya Perkara Cuma-Cuma
Berdasarkan peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian Layanan Hukum bagi Masyarakat Tidak Mampu di Pengadilan, dinyatakan bahwa Prodeo adalah proses berperkara di Pengadilan secara cuma-cuma dengan dengan dibiayai negara melalui DIPA Pengadilan. Yang berhak mengajukan gugatan/permohonan berperkara secara cuma-cuma (Prodeo) adalah masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis, dengan syarat melampirkan :
- Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang dikeluarkan oleh Kepala Desa/Lurah yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak mampu membayar biaya perkara;
- Surat Keterangan Tunjangan Sosial lainnya seperti Kartu Keluarga Miskin (KKM), Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Kartu Beras Miskin (Raskin), Kartu Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Bantuan Langsung Tunai (BLT), Kartu Perlindungan Sosial (KPS), atau dokumen lainnya yang berkaitan dengan daftar penduduk miskin dalam basis data terpadu pemerintah atau yang dikeluarkan oleh instansi lain yang berwenang untuk memberikan keterangan tidak mampu.
C. Hak Pencari Keadilan dalam Proses Litigasi dan Peradilan
Menurut Ketentuan Pasal 6 ayat 1 huruf c SK Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 144/KMA/SK/VIII/2007 sebagai berikut :
- Berhak memperoleh bantuan hukum
- Berhak perkaranya segera dimajukan ke Pengadilan
- Berhak segera diadili oleh Pengadilan
- Berhak mengetahui apa yang disangkakan kepadanya pada awal pemeriksaan
- Berhak mengetahui apa yang disangkakan kepadanya dalam bahasa yang dimengerti olehnya
- Berhak memberikan keterangan secara bebas dihadapan hakum
- Berhak mendapatkan bantuan juru bahasa/penerjemah jika tidak paham bahasa Indonesia
- Berhak memilih penasehat hukumnya sendiri
- Berhak menghubungi penasehat hukum lainnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
- Bagi orang asing berhak menghubungi/berbicara dengan perwakilan negaranya dalam menghadapi proses persidangan
- Berhak menghubungi/menerima kunjungan dokter pribadi
- Berhak mengetahui tentang penahanan atas dirinya oleh Pejabat yang berwenang
- Berhak menghubungi/menerima kunjungan keluarga untuk mendapatkan jaminan penangguhan penahanan atau mendapatkan bantuan hukum
- Berhak menghubungi/menerima orang lain yang tidak berhubungan dengan perkaranya untuk kepentingan pekerjaan atau kepentingan keluarganya
- Berhak mengirim/menerima surat ke/dari Penasehat hukumnya atau keluarganya setiap kali diperlukan olehnya
- Berhak diadili dalam sidang yang terbuka untuk umum
- Berhak menghubungi/menerima kunjungan rohaniwan
- Berhak untuk mengajukan saksi atau saksi ahli yang menguntungkan bagi dirinya
- Berhak segera menerima atau menolak putusan
- Berhak minta banding atas putusan Pengadilan, dalam waktu yang ditentukan Undang-Undang kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum, dan putusan dalam acara cepat
- Berhak untuk mencabut atas pernyataannya menerima ata menolak putusan dalam waktu yang ditentukan Undang-Undang
- Berhak mempelajari putusan sebelum menyatakan menerima atau menolak putusan dalam waktu yang ditentukan Undang-Undang
- Berhak menuntut ganti rugi dan rehabilitasi sebagaimana diatur dalam Pasal 95 KUHAP
D. Hak-Hak Dasar Pencari Keadilan
- Memperoleh informasi yang lengkap dan utuh dari bagian Kepaniteraan Meja I tentang syarat-syarat mengajukan perkara dan biaya perkara
- Menggunakan jasa Pengacara/Advokat untuk mewakili kepentingan pencari keadilan dalam persidangan atau Kuasa Insidentil dari keluarga dengan membuat surat kuasa khusus dan menyertakan izin berperkara dari Ketua Pengadilan Agama setempat
- Menggunakan Hakim Mediasi atau pihak ketiga sebagai upaya untuk menempuh perdamaian
- Mengajukan Eksepsi dan Rekonpensi atas gugatan lawan
- Gugatan Rekonpensi yang dapat diajukan istri dalam permohonan Cerai Talak adalah berdasarkan Pasal 149 KHI meliputi :
- Memberikan Mut’ah yang layak kepada bekas isterinya, baik berupa uang atau barang, kecuali bekas isteri tersebut Qabla Al-Dukhul
- Memberi nafkah dan kiswah kepada bekas isteri selama dalam masa Iddah, kecuali bekas isteri telah dijatuhi talak ba’in atau nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil
- Melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya dan separuh apabilan Qabla Al-Dukhul
- Memberikan biaya Hadhonah untuk anak-anaknya yang belum mencapai umur 21 tahun
- Berperkara secara cuma-cuma (Prodeo) bagi pihak yang tidak mampu membayar biaya perkara karena termasuk dalam golongan orang tidak mampu
- Meminta supaya diadakan pemeriksaan setetmpat dan sita jaminan terhadap objek-objek harta yang menjadi sengketa
- Mengajukan upaya hukum Verzet, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali
- Mendapatkan Salinan Putusan/Penetapan dan Akta Cerai bagi yang bercerai di Pengadilan Agama